Meneguhkan Kembali Nasionalisme Bangsa Indonesia:
Menggagas Pendidikan sebagai Ruang Perubahan Sosial*
Oleh: Maman Suratman**
Abstrak
Ada beberapa alasan mengapa ide nasionalisme harus kita bahas sebagai satu gagasan kebangsaan bagi Indonesia. Selain bentuknya yang lebih sederhana dan mudah untuk diterapkan jika dibanding ideologi politik lainnya, nasionalisme sekaligus menjadi ideologi yang paling kuat daya cengkramannya pada perasaan rakyat. Tak salah ketika sejak kemunculannya sampai hari ini, eksistensinya terus tampak sebagai agen perubahan politik terkemuka, setidaknya selama dua ratus tahun terakhir. Meski demikian, seperti juga pada yang lain, ia tetap saja bergantung penuh kepada siapa yang menjadi subjek dalam praktik penerapannya.
Melalui karya tulis ini, penulis tak hanya berupaya menerangkan bahwa nasionalisme bukanlah gagagan tentang superioritas. Ia bukan seperti apa yang ada di benak kelompok fasis misalnya yang menemukan pembenarannya dalam teori evolusi Darwin—sebuah prinsip “kelangsungan hidup bagi yang terkuat” (survival of the fittest). Melainkan juga, di samping sebagai jembatan pemersatu, nasionalisme sekaligus menjadi pendongkrak kemajuan bangsa yang harus berasas pada kebebasan, kemanusiaan, dan keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia tanpa terkecuali.
Guna mencapai hakikat tersebut, sebagaimana ditekankan dalam anak judul tulisan ini, penulis menilai bahwa menggagas pendidikan sebagai ruang perubahan sosial merupakan keniscayaan, sebuah cara yang tak mungkin untuk kita abaikan. Karenanya, meretas fungsi pendidikan menjadi hal pertama yang penulis ajukan di dalamnya. Bahwa pendidikan haruslah bebas-membebaskan, menekankan aspek kemanusiaan dan keadilan, terutama di tengah maraknya penyalah-arahan fungsinya sendiri yang nyaris bisa kita katakan telah mendarah daging dalam tubuh pendidikan kita dewasa ini. Inilah yang bagi penulis terangkan sebagai wujud peneguhan nasionalisme bagi bangsa Indonesia kini dan nanti.
Sebagai wujud peneguhan nasionalisme, konsep pendidikan yang penulis tawarkan adalah pendidikan toleransi dalam kebudayaan. Kurangnya penghargaan pada sesama, terutama pada kaum minoritas, baik pada aspek keyakinan dan kebebasan berpikir, menjadikan nasionalisme sedikit demi sedikit tergerus. Dan melalui konsep pendidikan tersebut, ada harapan penulis untuk lebih mengarahkan lagi esksistensi pendidikan sebagai jembatan pemersatu sekaligus sumber spirit bagi kemajuan bangsa.
Adapun ruang penyemaiannya, penulis tak selamanya berharap banyak pada lembaga-lembaga sekolah formal. Akan tetapi, penulis juga mengajukan bahwa kelompok-kelompok diskusi, ruang-ruang belajar bersama, juga gerakan-gerakan pustaka, menjadi hal yang patut pula mendapat perhatian besar sebagai ruang perubahan sosial di mana gerakan civil society menjadi penggerak pertama di dalamnya.
Terakhir, dengan membuka ruang-ruang semacam ini, modal yang dibutuhkan hanyalah satu, yakni kesetiaan dalam bergerak. Kesetiaan ini pun harus terwujud dalam konsistensi menggerakkan perubahan ke arah yang lebih baik. Dengan begitu, cita-cita kebebasan, kemanusiaan, dan keadilan sebagai hilir dari semua cita-cita bangsa Indonesia, cepat atau lambat akan segera tercapai.
Kata Kunci: Nasionalisme; Pendidikan; Ruang Perubahan Sosial
* Juara I Lomba Karya Tulis Wawasan Kebangsaan Badan Kesatuan Bangsa dan Politik (Kesbangpol) Daerah Istimewa Yogyakarta bertema “Narasi Nasionalisme dari Perspektif Generasi Muda” dalam rangka memperingati HUT Proklamasi Kemerdekaan Republik Indonesia ke-71 Tahun 2016.
** Tentang Penulis :
Penulis adalah mahasiswa Universitas Islam Negeri (UIN) Sunan Kalijaga, Yogyakarta, Jurusan Filsafat, Fakultas Ushuluddin, Studi Agama dan Pemikiran Islam Angkatan 2011, lahir di Mamuju, Sulawesi Barat pada tanggal 20 Juli 1990. Saat ini aktif menjadi Dewan Pendiri Lembaga Studi Filsafat (LSFil) Yogyakarta dan Editor Majalah Nusantara. Kemampuan menulisnya telah dibuktikan melalui penerbitan buku berjudul Konversi IAIN ke UIN: Sebuah Tranformasi Gerakan Pembaruan; Yogyakarta: LPM Arena Press, terbit tahun 2014 dan Kesaksian: Kisah Perlawanan Mahasiswa UTY; Yogyakarta: Human-Liberty & Philosophia Press, terbit tahun 2015. Naskah publikasi lainnya dapat diakses di https://mamansuratmanahmad.wordpress.com.